Sebagai penerima beasiswa untuk satu tahun di sebuah SMA di Chicago, saya tidak mungkin menerima uang saku bulanan dari keluarga saya yang bersahaja di Jalan Mergosono Gang 5 di Malang.
Jadi saya harus mencari uang untuk membeli buku dan merasakan kegiatan sosial dari anak-anak remaja di Amerika
.
Bagaimana memulainya?
Sore hari, sepulang sekolah saya berjalan ke bagian belakang dari rumah-rumah di sekitar tempat di mana saya dititipkan, karena ibu-ibu sedang menyiapkan makan malam di dapur - yang biasanya berada di bagian belakang rumah.
Apa yang Anda lakukan?
Saya berdiri menengadah, tersenyum selebar mungkin, lalu dengan bahasa Inggris yang masih patah-patah dan suara yang happy tapi melas, saya katakan:
"Hi, my name is Mario. I stay at 21xx New Willow Road, my number is 446-66xx. If you need your toilet, floors, or carpets to be cleaned, please call me."
Langsung diberi pekerjaan?
Tidak. Tapi saya meneruskan perjalanan ke rumah-rumah sekitar kompleks itu. Beberapa hari pertama, tidak ada respon. Tapi saya tetap meneruskan, karena saya tahu keberhasilan membutuhkan kesabaran, karena hadiah dari upaya tidak langsung tersedia di awal upaya.
Terus?
Akhirnya, telepon berbunyi: "Hi, Mario? This is Mrs. Redlich. Would you be so kind to come over and help me with my carpets?"
Anda gembira?
Ooh … Anda tidak tahu rasa gembiranya orang yang upayanya mulai diperhatikan orang lain. Hari itu saya mendapat uang, memang sedikit, tapi maniiiiiis sekali rasanya.
Terus apa yang Anda lakukan?
Saya lupa berapa rumah yang mempekerjakan saya, untuk vacuum karpet, ngepel lantai, membersihkan dan memperbaiki toilet, memotong rumput, merapihkan taman, mengecat kusen dan jendela, membersihkan kandang anjing, memperbaiki pipa bocor, memperbaiki atap yang bocor, atau duduk-duduk manis menemani kakek dan nenek untuk mendengarkan cerita mereka yang sama dan berulang.
Apakah Anda memang bisa melakukan itu semua?
Mana ada orang yang bisa melakukan yang belum pernah dilakukannya? Jadi saya belajar sambil melakukan. Kalau kita menunggu sudah bisa, baru mau melakukan, kapan mulainya?
Anda sangat mandiri sejak muda?
Tidak. Sebetulnya saya sangat manja, penakut, minder, penggembira yang mudah bersedih, pemimpi yang minder, rencananya banyak tapi malas. Tapi kemiskinan mengharuskan kita mandiri, yang sesungguhnya satu-satunya kualitas yang menjadikan kita dihormati di masa dewasa. Kemandirian.
Lalu, bagaimana Anda bangkit dari sifat-sifat yang seperti itu? Apakah sifat-sifat itu sudah sama sekali hilang dari pribadi Mario Teguh? Terus apakah Anda juga sudah mulai mengenal cinta pada masa itu?
Hmm … kita teruskan dalam seri berikutnya ya?
-----------
Dilanjutkan pada Interview with MT
AWAL CERITA MENJADI MOTIVATOR
PART THREE
-----------
Adik-adik saya yang baik hatinya,
Apakah Anda tertarik untuk saya teruskan dengan bagian ketiganya?
Jika ya, mohon Anda ‘like’ atau sampaikan pesan dan masukan Anda.
Jika ada pertanyaan yang ingin saya sertakan jawabannya dalam lanjutan interview ini, mohon sertakan ya?
Keep rocking!
Mario Teguh - Loving you all as always
Bagaimana memulainya?
Sore hari, sepulang sekolah saya berjalan ke bagian belakang dari rumah-rumah di sekitar tempat di mana saya dititipkan, karena ibu-ibu sedang menyiapkan makan malam di dapur - yang biasanya berada di bagian belakang rumah.
Apa yang Anda lakukan?
Saya berdiri menengadah, tersenyum selebar mungkin, lalu dengan bahasa Inggris yang masih patah-patah dan suara yang happy tapi melas, saya katakan:
"Hi, my name is Mario. I stay at 21xx New Willow Road, my number is 446-66xx. If you need your toilet, floors, or carpets to be cleaned, please call me."
Langsung diberi pekerjaan?
Tidak. Tapi saya meneruskan perjalanan ke rumah-rumah sekitar kompleks itu. Beberapa hari pertama, tidak ada respon. Tapi saya tetap meneruskan, karena saya tahu keberhasilan membutuhkan kesabaran, karena hadiah dari upaya tidak langsung tersedia di awal upaya.
Terus?
Akhirnya, telepon berbunyi: "Hi, Mario? This is Mrs. Redlich. Would you be so kind to come over and help me with my carpets?"
Anda gembira?
Ooh … Anda tidak tahu rasa gembiranya orang yang upayanya mulai diperhatikan orang lain. Hari itu saya mendapat uang, memang sedikit, tapi maniiiiiis sekali rasanya.
Terus apa yang Anda lakukan?
Saya lupa berapa rumah yang mempekerjakan saya, untuk vacuum karpet, ngepel lantai, membersihkan dan memperbaiki toilet, memotong rumput, merapihkan taman, mengecat kusen dan jendela, membersihkan kandang anjing, memperbaiki pipa bocor, memperbaiki atap yang bocor, atau duduk-duduk manis menemani kakek dan nenek untuk mendengarkan cerita mereka yang sama dan berulang.
Apakah Anda memang bisa melakukan itu semua?
Mana ada orang yang bisa melakukan yang belum pernah dilakukannya? Jadi saya belajar sambil melakukan. Kalau kita menunggu sudah bisa, baru mau melakukan, kapan mulainya?
Anda sangat mandiri sejak muda?
Tidak. Sebetulnya saya sangat manja, penakut, minder, penggembira yang mudah bersedih, pemimpi yang minder, rencananya banyak tapi malas. Tapi kemiskinan mengharuskan kita mandiri, yang sesungguhnya satu-satunya kualitas yang menjadikan kita dihormati di masa dewasa. Kemandirian.
Lalu, bagaimana Anda bangkit dari sifat-sifat yang seperti itu? Apakah sifat-sifat itu sudah sama sekali hilang dari pribadi Mario Teguh? Terus apakah Anda juga sudah mulai mengenal cinta pada masa itu?
Hmm … kita teruskan dalam seri berikutnya ya?
-----------
Dilanjutkan pada Interview with MT
AWAL CERITA MENJADI MOTIVATOR
PART THREE
-----------
Adik-adik saya yang baik hatinya,
Apakah Anda tertarik untuk saya teruskan dengan bagian ketiganya?
Jika ya, mohon Anda ‘like’ atau sampaikan pesan dan masukan Anda.
Jika ada pertanyaan yang ingin saya sertakan jawabannya dalam lanjutan interview ini, mohon sertakan ya?
Keep rocking!
Mario Teguh - Loving you all as always
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !